Saturday, December 12, 2015

Buku Berlatih Motorik Halus "Gunakan Jarimu"


A. Tujuan
      Buku Berlatih Motorik Halus "Gunakan Jarimu" dibuat untuk melatih keterampilan motorik halus anak usia 3-4 tahun. Buku ini terdiri dari 2 halaman berbahan kain felt yang berisi model sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk:
1.  Melatih anak usia dini agar dapat mengancingkan baju pada model berbentuk kemeja di halaman buku yang pertama.
2.  Memberi arahan dan praktek langsung membuat simpul pada tali sepatu melalui model pembelajaran di halaman kedua.

B. Kajian Teori
Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus terangkum dalam uraian singkat dibawah ini:

·         Teori John W Santrock
Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari.

·         Teori Hurlock
Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus ayau sebgaian anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan keluasaan kesempatan belajar dan mengeksplorasi.

·         Teori Magil
Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian tinggi.


      Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.

      Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut:

1.  Tahap Imitasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru.
2.  Tahap Manipulasi
Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.
3.  Tahap Presisi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.
4.  Tahap Artikulasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki makna.

5.  Tahap Naturalisasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk  yang diberikan oleh guru. Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali sepatunya apabila terlepas simpulnya.

      Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai media pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua dan anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua untuk  lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah penjelajah ulung.
      Pada media buku berlatih motorik halus "Gunakan Jarimu", hal yang ingin dilatih secara khusus adalah ketrampilan anak usia dini dalam mengancingkan baju dan membuat simpul pada tali sepatu. Titik berat dari kegiatan ini adalah agar anak dapat mandiri dalam mempersiapkan performanya.Sasaran adalah anak berusia 3-4 tahun, anak dalam rentang usia ini telah mampu melepas dan memakai pakaiannya sendiri dengan adanya latihan akan mempertajam ketelitian dan keterampilannya. Dalam pengembangan motorik halus untuk ketrampilan mengancingkan baju dan mnegikat tali sepatu akan lebih bermakna jika digunakan benda asli secara konkrit untuk stimulasinya. Akan tetapi karena pertimbangan anak usia dini mempunyai daya konsentrasi rendah maka latihan mengancingkan baju dilakukan dengan menggunakan model baju yang hanya memiliki 2 anak kancing agar tingkat keberhasilannya tinggi sehingga akan memotivasi anak untuk mengulanginya kembali. Sedangkan model sepatu bertali digunakan untuk memastikan proses belajarnya memperhatikan kebersihan.

C. Alat dan Bahan
C.1 Alat
1.  Gunting
2.  Jarum jahit
3.  Jarum pentol
4.  Pola huruf dan gambar untuk hiasan
5.  Pensil

6.  Penggaris


C.2 Bahan
1.  Kain felt warna warni
2.  Benang jahit
3.  Lem uhu
4.  tali sepatu

D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam membuat buku berlatih motorik halus "Gunakan Jarimu" adalah sebagai berikut:
1.  Potong kain felt berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20 cm x 14 cm, sebanyak 6 buah.
2.  Ambil satu lembar kain felt untuk halaman sampul buku berlatih motorik halus.
3.  Tempelkan potongan huruf membentuk judul buku; "Gunakan Jarimu".


1.  Tambahkan juga gambar 5 jari sebagai hiasan di cover-nya.
2.  Rapikan potongan huruf dan gambar dengan cara menjahit bagian tepinya dengan tusukan feston. Setelah halaman ini selesai, sisihkan terlebih dahulu.
3.  Ambil satu lembar kain felt yang kedua untuk membuat halaman buku dengan model kemeja yang dilengkapi dengan kancing dan lubangnya.


1.  Pada kain felt yang ketiga , akan dibuat model sepatu bertali dengan cara menempelkan gambar berpola sepatu kemudian jahit feston pada sekeliling tepinya agar rapi. Lubangi bagian sepatu yang akan dipasang tali.

1.  Lekatkan cover buku dengan kain felt polos dan jahit menggunakan tusukan feston mengelilingi tepi halaman buku. Tandai halaman ini sebagai lembar (a).



1.  Jahit bagian kedua halaman buku yang memuat model kemeja dengan kain felt polos sebagai lembar (b).
2.  Halaman buku dengan model sepatu bertali direkatkan dengan halaman belakang buku dan dijahit rapi tepiannya dengan tusukan feston. Ini adalah lembar (c).
3.  Satukan lembar (a), (b) dan (c) menjadi kesatuan buku yang utuh dengan cara menjilidnya.











No comments:

Post a Comment