Thursday, December 3, 2015

Perkembangan Fisik Motorik Kasar dan Halus


      Rentang usia pada anak usia dini yang berkisar antara 0 - 8 tahun menurut UNESCO dan bedasarkan UU sisdiknas  berada di range 0-6 tahun. Menjelaskan bahwa pada dasarnya sepakat bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Meliputi beberapa aspek didalamnya  termasuk aspek pengembangan kemampuan motorik.

      Perkembangan fisik motorik secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: motorik kasar dan motorik halus. Yang pada prakteknya merupakan dasar  dari perkembangan lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Catron dan Alen,  bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak dalam mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Bermain adalah bagian dari fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak (Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani,2009: 63). Lebih lanjut menyoroti tentang kebutuhan anak akan bermain, tentu saja melibatkan gerakan motorik. Dengan demikian perkembangan motorik yang baik akan berdampak pada aspek perkembangan lainnya. Demikian pula sebaliknya, kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan , aktivitas sensori motor yang meliputi pengguanaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangaan perseptual motorik ( Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani, 2009:63).


      Meskipun setiap anak adalah unik tetapi perkembangan fisik seorang anak berlangsung secara teratur dan memiliki pola. Pengamatan atas perkembangan fisik mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat cephalo-caudal (proses pertumbuhan dimulai dari kepala hingga kaki) dan juga proximo-distal (proses pertumbuhan dimulai dari pusat badan ke arah luar), serta perkembangan motorik kasar akan mulai berkembang terlebih dahulu sebelum motorik halus berkembang.

Motorik Kasar
Beberapa  pendapat ahli mengenai pengertian motorik kasar diantaranya adalah:
          Santrock : gerakan tubuh yang menggunakan otot besar yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
          Gallahue : kemampuan motorik kasar sangat berhubungan dengan kerja otot-otot besar pada tubuh manusia .
          Hurlock : motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui syaraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.

Lebih lanjut Gallahue menguraikan tentang macam-macam kemampuan motorik kasar yang dapat dikembangkan pada anak usia dini, meliputi:
          Lokomotor : Keterampilan motorik kasar melibatkan otot otot besar yang ada pada tubuh, seperti gerakan tungkai yang digunakan secara keseluruhan oleh anak-anak untuk berjalan, berlari dan melompat.
          Non lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah tempat atau gerak ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan menarik, jalan ditempat, mengayunkan satu kaki, berdiri dengan satu kaki .
          Manipulatif : kemampuan yang dikembangkan saat anak sedang menguasai berbagai macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan tangan dan kaki. Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola, menangkap objek, memutar tali atau menggiring bola.

      Telah disinggung di atas mengenai  perkembangan fisik seorang anak berlangsung secara teratur dan mengikuti  pola yang berurutan (tahap-tahap perkembangan). Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak akan terlebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat berjalan kemudian dapat berdiri. Meskipun dalam beberapa kasus ada anak yang melewati tahapannya, contohnya seorang anak langsung dapat berdiri tanpa melewati tahap merangkak. Demikian juga perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimadistal).

Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.  Tahap Kognitif. Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu gerakan melalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan, gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi.
2.  Tahap Asosiatif. Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gerakan yang telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.
3.  Tahap otomatis. Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis. Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan semakin berkurang.

      Perkembangan fisik motorik kasar pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yang dapat menjadi pemacu laju perkembangan ataupun menjadi penghambat perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami anak.

1.  Genetik. Secara fisik, anak akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik. Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang yang menyusun rangka dan lain sebagainya. Kelengkapan fisik dan kekuatannya merupakan faktor akan mendorong perkembangan motorik kasar ke arah yang positif.
2.  Pranatal. Seringkali orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah anak itu dilahirkan, tetapi sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak dilahirkan. Dapat berupa upaya pemenuhan gizi yang baik terutama selama masa kehamilan.
3.  Proses kelahiran. Ada kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama di tahap awal kehidupannya. sebagai contoh anak yang lahir prematur membutuhkan perhatian lebih dibandingkan anak yang lahir pada usia kehamilan yang mencukup.
4.  Kondisi fisik. Kondisi fisik seseorang memang sedikit banyak membawa pengaruh bagi kepercayaan dirinya untuk berkembang. Kondisi fisik yang baik memungkinkan untuk mengembangkan motorik kasar sesuai dengan tahap perkembangan dan kesiapan anak.
5.  Lingkungan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya, masyarakat sekitar dan guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat lingkungan sangat dekat dan erat serta bersentuhan langsung dengan dunia anak.Dukungan dari orang-orang terdekat dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak akan melatih keterampilan motorik anak.
6.  Stimulasi. Stimulasi dapat diibaratkan sebagai katalisator perkembangan apabila diberikan secara tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah memiliki kesiapan akan membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya dengan baik.


      Dalam tahapan perkembangan fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi kompetensi dan harus dicapai oleh seorang anak menurut usianya. Meski demikian, hal ini bukanlah harga mati yang menentukan cepat-lambatnya perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak adalah unik dan kompetensi yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu tertentu. Berikut adalah tabel perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi  dari Yuliani Nurani Sujiono, 2009:65.


0-3 tahun
3-4 tahun
5-6 tahun
7-8 tahun
-Keterampilan fisik berkembang dengan cepat
-Peningkatan keterampilan fisik
-Melompat dengan kaki bergantian
Keterampilan fisik menjadi hal penting dalam perkembangan konsep diri
-Duduk dan merayap; merangkak
-Mengendarai sepeda roda tiga
-Mengendarai sepeda roda dua
-Adanya pe ningatan energi yang tinggi
-Mulai berjalan dan berlari
-Berlari
-Bermain skate
-Tingkat pertumbuhan semakin melambat

Mondar-mandir naik turun tangga dengan kaki bergantian
-Mengambil bagian di dalam permainan yang menuntut keterampilan fisik


-Berjalan pada balon keseimbangan
-Melakukan putaran atau jungkir balik


-Melompat dengan dua kaki
-Melakukan lemparan yang wajar dan teliti


-Memanjat dengan peralatan bermain




Motorik Halus

      Motorik kasar disebut-sebut sebagai awal perkembangan fisik motorik anak usia dini sebelum berkembang ke ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami karena untuk melakukan gerakan motorik halus diperlukan pengendalian terhadap otot-otot halus pada tangan, terutama jari yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti menggambar, menempel, menggunting dan lain sebagainya.

      Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus dan terangkum dalam uraian singkat dibawah ini:

·         Teori John W Santrock
Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari.
·         Teori Hurlock
Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus ayau sebgaian anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan keluasaan kesempatan belajar dan mengeksplorasi.
·         Teori Magil
Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian tinggi.


      Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.

      Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut:

1.  Tahap Imitasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru.
2.  Tahap Manipulasi
Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.
3.  Tahap Presisi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.
4.  Tahap Artikulasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki makna.
5.  Tahap Naturalisasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk  yang diberikan oleh guru. Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali sepatunya apabila terlepas simpulnya.


      Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai media pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua dan anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua untuk  lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah penjelajah ulung.

      Adapun kompetensi yang secara umum dapat dicapai oleh anak usia dini dalam aspek perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini dan merupakan adaptasi dari tabel perkembangan yang termuat dalam "Konsep Dasar PendidikanAnak Usia Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono, 2009.


  
0-3 tahun
3-4 tahun
5-6 tahun
7-8 tahun
-Keterampilan motorik yang berkembang dengan baik: dpat mengambil objek yang kecil dari dalam tumpukan
-Dapat melepaskan pakaian dan berpakaian sendiri
-Adanya peningkatan perkembangan otot yang kecil: koordinasi mata dan tangan berkembang dengan baik
-Pengendalian motorik halus yang bagus; dapat mengsiis surat-surat dengan baik
-Mengatur sendok atau garpu untuk memberi makan
-Menangkap bola dengan menggunakan lengan
-Dapat menggunakan pensil, gunting dan lain-lain

-MUlai dapat menggenggam dan melepaskan suatu objek
-memegang krayon dengan jari
-Memotong pada garis



-Mencetak beberapa surat



-Pekerjaan ketrampilan tangan semakin baik



- Dapat menjiplak gambar geometris



-Dapat bermain pasta dan lem




Pengaruh Pendidikan Bagi Perkembangan Fisik-Motorik dan Peran Pendidik dalam Mengembangakan Fisik Motorik Anak Usia Dini

      Setelah mempelajari pendapat ahli tentang definisi motorik kasar dan halus, serta tahapan-tahapan perkembangan motorik anak usia dini yang dapat indikatornya dapat dilihat  melalui pencapaian kompetensi berdasarkan usia  , maka untuk mendukung perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di dalamnya. Pendidikan anak usia dini dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

      Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

      Selanjutnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan fisik-motorik anak usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.  Fisik dapat berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan pemenuhan keutuhan yang memadai untuk bekal perkembangan.
2.  Fisik juga akan berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan menggerakan otot-ototnya.
3.  Anak lebih  termotivasi untuk dapat melakukan berbagai aktifitas di dalam lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya.
4.  Anak juga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan membahayakan perkembangan fisiknya.
5.  Anak akan memiliki konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang melekat pada dirinya.

      Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak terlepas dari peran pendidik dalam membimbing dan membantu anak dalam melaksanakan tugas perkembangan yang diembannya menurut tingkat perkembangan dan kesiapan anak itu sendiri.Peran pendidik dalam mengembangkan fisik-motorik anak usia dini adalah:

·         Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan anak;
·         Memberikan rasa gembira kepada anak dengan metode bermain, belajar di dalam kerangka bermain adalah metode efektif bagi anak usia dini menyerap informasi;
·         Memberi rangsangan (stimulus) dan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik atau cara-cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan bermacam-macam media kreatif; dan
·         Memberikan sebanyak mungkin kebebasan berekspresi melalui berbagai media belajar.












2 comments:

  1. terima kasih informasinya sangat membantu tugas kuliah saya

    ReplyDelete
  2. Thanks sangat berguna sekali informasinya
    Saran mohon dicantumkan daftar pustakanya juga.

    ReplyDelete