Rentang usia pada anak usia dini yang
berkisar antara 0 - 8 tahun menurut UNESCO dan bedasarkan UU sisdiknas berada di range 0-6 tahun. Menjelaskan bahwa pada
dasarnya sepakat bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Meliputi beberapa aspek didalamnya
termasuk aspek pengembangan kemampuan motorik.
Perkembangan fisik motorik secara garis
besar dibagi menjadi dua yaitu: motorik kasar dan motorik halus. Yang pada
prakteknya merupakan dasar dari perkembangan
lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Catron dan Alen, bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak
dalam mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Bermain adalah bagian dari fungsi kognitif selanjutnya, oleh
karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak (Catron dan Allen
dalam Yuliani Nurani,2009: 63). Lebih lanjut menyoroti tentang kebutuhan anak
akan bermain, tentu saja melibatkan gerakan motorik. Dengan demikian
perkembangan motorik yang baik akan berdampak pada aspek perkembangan lainnya. Demikian
pula sebaliknya, kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk
menemukan , aktivitas sensori motor yang meliputi pengguanaan otot-otot besar
dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangaan perseptual motorik (
Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani, 2009:63).
Meskipun setiap anak adalah unik tetapi
perkembangan fisik seorang anak berlangsung secara teratur dan memiliki pola. Pengamatan
atas perkembangan fisik mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat
cephalo-caudal (proses pertumbuhan dimulai dari kepala hingga kaki) dan juga
proximo-distal (proses pertumbuhan dimulai dari pusat badan ke arah luar),
serta perkembangan motorik kasar akan mulai berkembang terlebih dahulu sebelum
motorik halus berkembang.
Motorik Kasar
Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian motorik
kasar diantaranya adalah:
•
Santrock : gerakan tubuh yang
menggunakan otot besar yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
•
Gallahue : kemampuan motorik
kasar sangat berhubungan dengan kerja otot-otot besar pada tubuh manusia .
•
Hurlock : motorik kasar adalah
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui syaraf, urat saraf dan otot
yang terkoordinasi.
Lebih
lanjut Gallahue menguraikan tentang macam-macam kemampuan motorik kasar yang
dapat dikembangkan pada anak usia dini, meliputi:
•
Lokomotor : Keterampilan motorik
kasar melibatkan otot otot besar yang ada pada tubuh, seperti gerakan tungkai
yang digunakan secara keseluruhan oleh anak-anak untuk berjalan, berlari dan
melompat.
•
Non
lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah
tempat
atau gerak ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan menarik, jalan ditempat,
mengayunkan satu kaki, berdiri dengan satu kaki .
•
Manipulatif
: kemampuan
yang dikembangkan saat anak sedang menguasai berbagai macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan
tangan dan kaki. Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola, menangkap objek,
memutar tali atau menggiring bola.
Telah disinggung di atas mengenai perkembangan fisik seorang anak berlangsung
secara teratur dan mengikuti pola yang
berurutan (tahap-tahap perkembangan). Tahap-tahap tersebut
tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak akan terlebih dahulu mampu berdiri
sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat berjalan kemudian dapat berdiri.
Meskipun dalam beberapa kasus ada anak yang melewati tahapannya, contohnya
seorang anak langsung dapat berdiri tanpa melewati tahap merangkak. Demikian
juga perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimadistal).
Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Kognitif. Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu
gerakan
melalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah
yang sangat berperan penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering
mengalami kesalahan, gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi.
2. Tahap Asosiatif. Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gerakan
yang telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai
konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.
3. Tahap otomatis. Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis.
Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang
terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan
semakin berkurang.
Perkembangan fisik motorik
kasar pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yang
dapat menjadi pemacu laju perkembangan ataupun menjadi penghambat
perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami anak.
1. Genetik. Secara fisik, anak
akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik.
Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang yang menyusun rangka dan lain
sebagainya. Kelengkapan fisik dan kekuatannya merupakan faktor akan mendorong
perkembangan motorik kasar ke arah yang positif.
2. Pranatal. Seringkali
orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah anak itu dilahirkan, tetapi
sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak dilahirkan. Dapat berupa upaya
pemenuhan gizi yang baik terutama selama masa kehamilan.
3. Proses kelahiran. Ada
kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam perkembangan fisik
motorik anak usia dini terutama di tahap awal kehidupannya. sebagai contoh anak
yang lahir prematur membutuhkan perhatian lebih dibandingkan anak yang lahir pada
usia kehamilan yang mencukup.
4. Kondisi fisik. Kondisi
fisik seseorang memang sedikit banyak membawa pengaruh bagi kepercayaan dirinya
untuk berkembang. Kondisi fisik yang baik memungkinkan untuk mengembangkan
motorik kasar sesuai dengan tahap perkembangan dan kesiapan anak.
5. Lingkungan. Termasuk
didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya, masyarakat sekitar dan
guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat lingkungan sangat dekat dan erat
serta bersentuhan langsung dengan dunia anak.Dukungan dari orang-orang terdekat
dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak akan melatih keterampilan
motorik anak.
6. Stimulasi. Stimulasi
dapat diibaratkan sebagai katalisator perkembangan apabila diberikan secara
tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah memiliki kesiapan akan
membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya dengan baik.
Dalam tahapan perkembangan
fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi kompetensi dan harus dicapai oleh
seorang anak menurut usianya. Meski demikian, hal ini bukanlah harga mati yang
menentukan cepat-lambatnya perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak
adalah unik dan kompetensi yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu
tertentu. Berikut adalah tabel perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi dari Yuliani Nurani Sujiono, 2009:65.
0-3 tahun
|
3-4 tahun
|
5-6 tahun
|
7-8 tahun
|
-Keterampilan fisik
berkembang dengan cepat
|
-Peningkatan
keterampilan fisik
|
-Melompat dengan kaki
bergantian
|
Keterampilan fisik
menjadi hal penting dalam perkembangan konsep diri
|
-Duduk dan merayap;
merangkak
|
-Mengendarai sepeda
roda tiga
|
-Mengendarai sepeda
roda dua
|
-Adanya pe ningatan
energi yang tinggi
|
-Mulai berjalan dan
berlari
|
-Berlari
|
-Bermain skate
|
-Tingkat pertumbuhan
semakin melambat
|
Mondar-mandir naik
turun tangga dengan kaki bergantian
|
-Mengambil bagian di
dalam permainan yang menuntut keterampilan fisik
|
||
-Berjalan pada balon
keseimbangan
|
-Melakukan putaran
atau jungkir balik
|
||
-Melompat dengan dua
kaki
|
-Melakukan lemparan
yang wajar dan teliti
|
||
-Memanjat dengan
peralatan bermain
|
Motorik Halus
Motorik kasar disebut-sebut
sebagai awal perkembangan fisik motorik anak usia dini sebelum berkembang ke
ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami karena untuk melakukan gerakan
motorik halus diperlukan pengendalian terhadap otot-otot halus pada tangan,
terutama jari yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti menggambar,
menempel, menggunting dan lain sebagainya.
Pendapat ahli mengenai definisi
motorik halus dan terangkum dalam uraian singkat dibawah ini:
·
Teori John W Santrock
Motorik halus meliputi
gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari.
·
Teori Hurlock
Motorik halus merupakan
gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus ayau sebgaian anggota tubuh
tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih.
Contoh : kemampuan mencoret
akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok
akan menunjukkan bentuk bermakna dengan keluasaan kesempatan belajar dan
mengeksplorasi.
·
Teori Magil
Keterampilan motorik halus
sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot-otot ukuran kecil untuk
mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan ataupun
gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian
tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa
keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel, bermain puzzle,
membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah
keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta
melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan
kesempatan untuk belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan
motorik halus.
Berlatih untuk mempraktekan
keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam mengembangkan
keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-gerakan motorik
halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa tahapan
perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai
berikut:
1. Tahap Imitasi
Adalah kemampuan melakukan
kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan
sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian
anak akan meniru.
2. Tahap Manipulasi
Adalah kemampuan anak
melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Pada
tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi cukup dengan
memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat mengerjakan
berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.
3. Tahap Presisi
Adalah kemampuan melakukan
kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.
Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.
4. Tahap Artikulasi
Adalah kemampuan melakukan
kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan sehingga dapat membuahkan
hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Contoh: guru meminta anak
untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri sehingga hasil kerjanya
merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki makna.
5. Tahap Naturalisasi
Adalah kemampuan melakukan
kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya) tanpa adanya contoh
ataupun petunjuk yang diberikan oleh
guru. Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali
sepatunya apabila terlepas simpulnya.
Pengembangan keterampilan
seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat dilewati oleh anak
jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta lingkungan
tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan
kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan
mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus
terhambat karena tidak adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh
saat anak mulai belajar memegang pensil atau krayon, orang tua sering kawatir
si anak akan menjadikan dinding sebagai media pembelajaran. Atau dalam hal
belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih pekerjaan atas
dasar kekawatiran sang buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk menjadi
terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua
dan anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi
untuk menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat
memastikan keamanan anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya,
perlu diberikan pemahaman pada anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru
melakukan supervisi berupa pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan
dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi
agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya
agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua
tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan
orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua
untuk lebih memahami anak dan
kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah penjelajah ulung.
Adapun kompetensi yang secara
umum dapat dicapai oleh anak usia dini dalam aspek perkembangan motorik halus
disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini dan merupakan adaptasi dari tabel
perkembangan yang termuat dalam "Konsep Dasar PendidikanAnak Usia
Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono, 2009.
0-3 tahun
|
3-4 tahun
|
5-6 tahun
|
7-8 tahun
|
-Keterampilan motorik yang
berkembang dengan baik: dpat mengambil objek yang kecil dari dalam tumpukan
|
-Dapat melepaskan pakaian
dan berpakaian sendiri
|
-Adanya peningkatan
perkembangan otot yang kecil: koordinasi mata dan tangan berkembang dengan
baik
|
-Pengendalian motorik
halus yang bagus; dapat mengsiis surat-surat dengan baik
|
-Mengatur sendok atau
garpu untuk memberi makan
|
-Menangkap bola dengan
menggunakan lengan
|
-Dapat menggunakan pensil,
gunting dan lain-lain
|
|
-MUlai dapat menggenggam
dan melepaskan suatu objek
|
-memegang krayon dengan
jari
|
-Memotong pada garis
|
|
-Mencetak beberapa surat
|
|||
-Pekerjaan ketrampilan
tangan semakin baik
|
|||
- Dapat menjiplak gambar
geometris
|
|||
-Dapat bermain pasta dan
lem
|
Pengaruh Pendidikan Bagi
Perkembangan Fisik-Motorik dan Peran Pendidik dalam Mengembangakan Fisik
Motorik Anak Usia Dini
Setelah mempelajari pendapat
ahli tentang definisi motorik kasar dan halus, serta tahapan-tahapan
perkembangan motorik anak usia dini yang dapat indikatornya dapat dilihat melalui pencapaian kompetensi berdasarkan
usia , maka untuk mendukung
perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di dalamnya. Pendidikan anak
usia dini dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa
pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya pengaruh pendidikan
bagi perkembangan fisik-motorik anak usia dini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fisik dapat
berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan pemenuhan keutuhan
yang memadai untuk bekal perkembangan.
2. Fisik juga akan
berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan menggerakan otot-ototnya.
3. Anak lebih termotivasi untuk dapat melakukan berbagai
aktifitas di dalam lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya.
4. Anak juga akan
terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan membahayakan perkembangan
fisiknya.
5. Anak akan memiliki
konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang melekat pada dirinya.
Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak
terlepas dari peran pendidik dalam membimbing dan membantu anak dalam
melaksanakan tugas perkembangan yang diembannya menurut tingkat perkembangan
dan kesiapan anak itu sendiri.Peran pendidik dalam mengembangkan fisik-motorik
anak usia dini adalah:
·
Memberikan
bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan anak;
·
Memberikan
rasa gembira kepada anak dengan metode bermain, belajar di dalam kerangka
bermain adalah metode efektif bagi anak usia dini menyerap informasi;
·
Memberi rangsangan
(stimulus) dan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik atau cara-cara yang
baik dalam melakukan kegiatan dengan bermacam-macam media kreatif; dan
·
Memberikan
sebanyak mungkin kebebasan berekspresi melalui berbagai media belajar.
terima kasih informasinya sangat membantu tugas kuliah saya
ReplyDeleteThanks sangat berguna sekali informasinya
ReplyDeleteSaran mohon dicantumkan daftar pustakanya juga.