Tuesday, December 15, 2015

Kaitan Kreatifitas Seni Rupa Dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelengences)

 S
eni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa dinikmati oleh indera penglihatan yaitu mata dan dapat pula dirasakan melalui rabaan menggunakan indera peraba. Kesan ini diciptakan dengan cara mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Contoh bidang seni rupa, meliputi:
1.  Seni Lukis
2.  Seni Grafis
3.  Seni Patung
4.  Seni Instalasi
5.  Seni Keramik

Fungsi dari karya seni rupa ada 2, yaitu:

1.  Fungsi estetika.
Adalah fungsi yang ditujukan hanya untuk keindahan atau hiasan. Misalnya: Vas bunga, guci, batik untuk hiasan dinding dan lain-lain.
2.  Fungsi praktis.
Adalah karya seni yang memiliki tujuan utama untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: kursi,lemari, meja.


      Dalam prakteknya seni rupa pembuatan kerjinan keramik pada anak usia dini (AUD) merupakan salah satu pembelajaran yang menyenangkan yang melibatkan beberapa aspek perkembangan, yaitu kognitif dan motorik. Selain itu, praktek membuat karya seni menunjukan jenis kecerdasan dominan yang dimiliki oleh anak. 


Kecerdasan yang dimaksud adalah:
1.  Kecerdasan visual-spatial.
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam hal membuat seni rupa berupa kerajinan keramik dalam proses pembelajarn Anak Usia Dini(AUD).

2.  Kecerdasan Naturalis.
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.


3.  Kecerdasan Logical-Mathematics

Kecerdasan  logical-matematika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Dalam membuat kerajian keramik dibutuhkan pola bentuk, komposisi, kesimetrisan bentuk yang merupakan konsep matematika sederhana pada pendidikan anak usia dini.

4.     Kecerdasan interpersonal.

Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. Dalam hal ini kecerdasan interpersonal dibutuhkan anak saat ingin mempresentasikan hasil karyanya yang berupa kerajinan keramik.


Monday, December 14, 2015

Strategi Pembelajaran Umum dan Khusus pada Pendidikan Anak Usia Dini

A. LATAR BELAKANG
            Karakteristik  tujuan pendidikan anak usia dini adalah tujuan yang berkaitan dengan bidang-bidang pengembangan yaitu: pengembangan kognitif, pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik dan pengembangan sikap dan nilai serta pengembangan kreatifitas. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran guna mencapai tujuan diperlukan strategi pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini sesuai dengan tingkat perkembangan dan segala potensi yang dimilikinya.
            Sebagai contoh untuk mengembangkan kognitif anak diperlukan strategi yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, menyimpulkan yang dikemas dalam kegiatan bermain. Penggunaan strategi yang tepat akan membantu mengembangkan kognitif anak dengan baik.
             Untuk mengembangkan kreatifitas anak, strategi yang dapat dipertimbangkan oleh guru adalah strategi yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi anak, mampu mencari dan menemukan jawaban dan menemukan hubungan-hubungan baru.
            Untuk mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa, guru dapat memilih strategi yang dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis permulaan dan kemampuan komunikasi. Demikian pula untuk pengembangan bidang lainnya, penentuan strategi sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak dan hasil yang akan dicapai.
           
B. RUMUSAN MASALAH
            Pentingnya menentukan strategi pembelajaran bagi anak usia dini, mengharuskan guru untuk mengetahui jenis-jenis strategi apa saja yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Kostelnik (1999) membedakan strategi pembelajaran menjadi dua, yaitu: strategi pembelajaran umum dan strategi pembeljaran khusus.
            Rumusan masalah pada makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran umum dan khusus menurut Kostelnik (1999).

C. TUJUAN

            Menentukan manfaat yang dapat diambil dari pemilihan strategi pembelajaran umum dan khusus menurut Kostelnik (1999).

D. LANDASAN TEORI
D.1 Pengertian
            Strategi pembelajaran mengandung pengertian  pola umum perbuatan guru dan murid yang diwujudkan ke dalam  kegiatan belajar mengajar, yang dapat pula diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penekanan arti strategi pembelajaran menggaris bawahi  peran dan aktifitas guru dalam mengajar dan aktifitas anak belajar.
            Kostelnik (1999) mengemukakan klasifikasi strategi pembelajaran menjadi strategi pembelajaran umum dan strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan dalam pendidikan anak usia dini. Dalam pelaksanaanya guru memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan secara cermat dalam memutuskan strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk memudahkan anak belajar.

D.2. Alur Pembelajaran
D.2.1. Strategi Pembelajaran Umum.
            Jenis-jenis strategi pembelajaran umum yang dapat diaplikasikan pada pendidikan anak usia dini, menurut Kostenik (1999) adalah sebagai berikut:
1.    Meningkatkan keterlibatan indera
            Panca indera adalah gerbang informasi yang masuk dari luar sehingga praktis pembelajaran dengan menggunakan panca indera akan memberikan pengalaman langsung yang konkrit pada anak. Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh langsung benda-benda konkrit, berinteraksi dengan manusia, mengamati hal-hal di sekitar anak akan sangat membantu pemahamannya.
            Pedoman yang harus diperhatikan dalam mendorong keterlibatan indera anak (Kostelnik ,1999), yaitu:
*      Pengalaman langsung adalah yang terbaik bagi anak.
*      Pengalaman langsung harus mendahului penggambaran yang lebih abstrak.
*      Model lebih konkrit daripada gambar dan gambar lebih konkrit daripada kata-kata.
*      Rencanakan kegiatan sehingga keterlibatan indera terjadi lebih awal dalam langkah-langkah pembelajaran.

2.    Mempersiapkan isyarat lingkungan
            Isyarat lingkungan dapat diciptakan oleh guru untuk melatih kemandirian anak dan memahami simbol-simbol yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh:
*      Memasang gambar orang membuang sampah di tempat sampah di sudut kelas untuk menunjukkan dan mengajarkan anak-anak agar membuang sampah ke dalam tempat sampah.
*      Memasang gambar mengenai tata cara mencuci tangan dengan sabun di dekat wastafel. Tujuannya agar anak mendapat panduan mengenai tata cara mencuci tangan dengan sabun.

3.    Analisis tugas
            Analisis tugas dalam pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan tugas secara lebih rinci dan operasional sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh anak.
            Contohnya guru mengharapkan anak dapat melipat baju dengan benar, maka guru harus menjabarkan tugas ini ke dalam tugas yang lebih kecil (lebih khusus) ke dalam tahapan seperti berikut ini :
*      Menentukan tujuan yang hendak dicapai: melipat baju dengan benar.
*      Menjelaskan susunan seperti apa yang diharapkan.
*      Menunjukkan keterampilan yang perlu dilibatkan, misalnya:
a)    Merentangkan baju di atas meja dengan posisi bagian belakang baju menghadap ke atas.
b)    Merapikan permukaan baju dengan cara meluruskannya.
c)    Melipat sisi kanan dan sisi kiri baju ke arah dalam.
d)    Melipat baju menjadi dua bagian.
*      Memperlihatkan keterampilan yang pelu diketahui anak.
*      Menentuan bagian pertama yang akan diajarkan pada anak.

4.    Bantuan orang yang lebih berpengalaman (scaffolding)
            Scaffolding adalah proses pemberian bantuan dari orang yang lebih berpengalaman yang dilakukan secara bertahap untuk mempermudah anak dalam belajar sesuai dengan kebutuhan anak. Bantuan dapat berasal dari orang dewasa, orang yang lebih tua dan teman sebaya. Bantuan akan diberikan jika anak sudah tidak dapat menemukan cara-cara untuk menyelesaikan kegiatan atau tugas.

5.    Praktek terbimbing
            Cara belajar melalui praktek terbimbing merupakan implikasi dari prinsip bahwa anak-anak belajar melalui proses pengulangan (repetisi), menurut Bredekamp dan Copple, 1997. Belajar yang riil tidak akan terjadi alam satu kali, oleh karena itu anak perlu diberi kesempatan untuk menggunakan konsep, mengeksplorasi gagasannya dan mencoba keterampilan baru untuk memperoleh pemahaman.

6.    Undangan/ajakan
            Undangan secara verbal sangat penting untuk memusatkan perhatian anak-anak agar mau berpartisipasi dalam kegiatan yang akan dilakukan, contohnya: "Anak-anak, mari berkumpul dan membuat lingkaran."

7.    Refleksi tingkah laku
            Refleksi tingkah laku merupakan umpan balik deskriptif tentang tindakan yang dilakukan anak-anak dengan tujuan untuk menguatkan tindakan anak.

8.    Refleksi kata-kata
            Refleksi kata-kata (paraphrase reflection) adalah pernyataan yang diungkapkan guru tentang sesuatu yang dikatakan anak-anak. Dengan demikian komentar yang tidak menilai anak yang diucapkan oleh guru dapat  meningkatkan kemampuan anak.

9.    Contoh (modelling)
            Dalam banyak hal, anak-anak belajar dengan cara meniru apa yang dilakukan orang lain. Dalam strategi pembelajaran modelling dapat dilakukan melalui kegiatan bermain pura-pura (pretending play), misalnya dengan anak berpura-pura menjadi guru.

10. Penghargaan efektif
            Guru dapat memberikan penghargaan pada anak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkannya. Bentuknya dapat berupa pujian terhadap tingkah laku positif anak. Agar penghargaan menjadi efektif, maka harus bersifat spesifik dan didapat pula dibandingkan dengan kemajuan anak dengan tingkah laku sebelumnya.
            Sebagai contoh: "Bagus sekali Nana, kamu telah berani maju ke depan dan memimpin doa sebelum makan dan minum."

11. Menceritakan/menjelaskan/menginformasikan
            Segala informasi yang dibutuhkan anak dapat disajikan dalam bentuk cerita/penjelasan. Agar penjelasan menjadi efektif maka harus didasarkan pada pengalaman langsung yang dimiliki oleh anak dan terdapat dalam konteks yang bermakna bagi anak.

12.  Do it signal
            Do it signal berupa arahan sederhana yang diberikan pada anak agar mau melakukan suatu tindakan, contoh : "Silahkan mengambil kue yang kamu sukai." Atau " Dapatkah kamu menuliskan a-i-u-e-o?" atau dapat juga dalam bentuk tantangan.

13.  Tantangan
            Telah disinggung di awal bahwa tantangan adalah variasi dari strategi do it signal, yang diberikan untuk memotivasi anak dalam memecahkan masalahnya. Namun dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam tantangannya.
            Contohnya: "Siapa yang dapat membuat bermacam-macam binatang dari plastisin?"

14.  Pertanyaan
            Pertanyaan adalah suatu alat pengajaran pokok yang dapat digunakan pada lembaga pendididkan anak usia dini.   Efektifitas sebuah pertanyaan dapat dilihat dari keterkaitannya dengan tujuan yang akan dicapai, dapat merangsang berfikir anak, dapat dipahami anak dan singkat.

15.  Kesenyapan
            Kesenyapan merupakan cara jitu dalam mendukung anak belajar dan berkonsentrasi. Dengan demikian komentar guru tidak diperlukan karena akan mengganggu konsentrasi anak.

D.2.2 Strategi Pembelajaran Khusus

            Dalam implementasinya, strategi pembelajaran umum yang satu dapat dipadukan dengan strategi yang lain untuk menciptakan strategi pembelajaran yang berbeda dalam fungsi dan bentuknya. Memadukan beberapa strategi juga merupakan upaya agar proses pembelajaran dapat lebih menarik dan menantang bagi anak sehingga  tingkat perkembangan optimal dapat dicapai.
            Mengacu pada prinsip perlunya penggabungan strategi pembelajaran umum, Kostelnik (1999) mengemukakan tujuh jenis strategi pembelajaran khusus yang relevan untuk diaplikasikan pada anak-anak yang berusia 3-8 tahun.


1.    Kegiatan Eksploratori
            Anak-anak banyak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, baik dengan benda, binatang, tanaman, manusia, peristiwa ataupun kejadian dalam kesehariannya. Melalui kegiatan eksploratori anak menemukan sesuatu yang berhubungan dengan dirinya dan memilih kegitan sesuai dengan minatnya. Dengan demikian anak membangun pengetahuannya sendiri dengan cara aktif melakukan kegiatan (memegang peranan utama).
            Kegiatan eksploratori merupakan penggabungan dari strategi : meningkatkan keterlibatan indera anak dengan mempersiapkan isyarat lingkungan yang dapat merangsang dan memungkinkan anak terlibat secara bebas. Peran guru adalah memfasilitasi penyediaan bahan-bahan dan peralatan bermain yang diperlukan.

2.    Penemuan Terbimbing
            Sasaran yang ingin dicapai dalam strategi penemuan terbimbing adalah agar anak dapat membuat hubungan dan membangun konsep melalui interaksi dengan benda dan manusia. Titik berat dari strategi ini adalah proses belajar anak dan bukan pada hasil akhirnya.
            Kegiatan pada penemuan terbimbing menggabungkan strategi modelling, penghargaan yang efektif, menceritakan/ menjelaskan/ menginformasikan, do it signal dan pertanyaan.

3.    Pemecahan Masalah
            Melalui strategi pemecahan masalah anak-anak merencanakan, meramalkan, mengamati hasil-hasil tindakannya dan merumuskan simpulan. Dalam penerapanannya strategi ini dapat digunakan untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu-ilmu alam dan juga untuk pemecahan masalah sosial. Contohnya memilih nama untuk binatang kesayangan dalam sebuah cerita.

4.    Diskusi
            Strategi pembelajaran yang menunjukkan adanya interaksi timbal nalik atau berbalas-balasan antara guru dengan anak.
            Diskusi merupakan penggabungan dari strategi undangan, refleksi, pertanyan dan pernyataan. Peran guru tidak dalam hal membimbing percakapan anak-anak, tapi lebih kepada mendorong mereka menemukan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan serta mengembangkan gagasan tersebut secara lebih luas pada orang lain, yaitu teman-teman atau gurunya.

5.    Belajar Kooperatif
            Cohen (1994) mendefinisikan strategi pembelajaran belajar koperatif sebagai strategi yang melibatkan anak-anak untuk bekerja sama dalam kelompok yang cukup kecil dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tugas bersama.
            Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan melalui strategi belajar kooperatif antara lain: membuat lukisan kelompok, menari berpasangan, memasang puzzle berkelompok dan lain-lain.

6.    Demostrasi
            Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyajikan pengetahuan dan keterampilan dengan cara memperlihatkan bagaimana proses terjadinya atau cara bekerjanya sesuatu disebut demonstrasi.
            Demonstrasi memadukan strategi umum pembelajaran 'do it signal', modelling dan menceritakan/menjelaskan/menginformasikan. Tiga langkah strategi pembelajaran menurut Kostelnik (1999), yaitu: (1) meminta perhatian anak , (2)  menunjukkan sesuatu kepada anak, (c) meminta tanggapan atau respon.

7.    Pengajaran Langsung
            Pengajaran langsung adalah strategi pembelajaran yang digunakan untuk membantu anak-anak mengenal istilah-istilah,strategi, informasi faktual dan kebiasaan-kebiasaan (Driscoll, et. al 1996).
            Merupakan gabungan dari modelling, analisis tugas, penghargaan efektif, menginformasikan, do it signal dan tantangan.
            Dalam pengajaran langsung, guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam membuat keputusan-keputusan yang tepat tentang: apa, bagaimana dan kapan anak-anak melaksanakan tugas-tugas tertentu.

D.3 Kelebihan-kelebihan Strategi Pembelajaran umum dan Khusus

D.3.1 Strategi Pembelajaran Umum

Kelebihan-kelebihan strategi pembelajaran umum adalah sebagai berikut:

1.    Belajar dapat dilakukan secara alamiah  mengandung keterlibatan indera yang sangat tinggi dan mengedepankan prinsip pembelajaran langsung dan konkrit.
2.    Simbol-simbol non verbal seperti dalam strategi mempersiapkan isyarat lingkungan dapat mendorong anak-anak untuk dapat mengembangkan kemandirian, kerjasama dan belajar menerapkan disiplin.
3.    Melalui strategi modelling, akan diperoleh dampak yang sangat positif bagi anak-anak dalam hal mempelajari perilaku-perilaku yang tepat.
4.    Dapat dimanfaatkan sebagai penguat dari kata-kata atau tindakan-tindakan anak melalui strategi refleksi tingkah laku, refleksi kata-kata dan penghargaan efektif serta memberikan dukungan terhadap anak-anak untuk belajar (kesenyapan).
5.    Anak dirangsang untuk menjadi pembelajar yang aktif dengan menerapkan strategi tantangan dan praktek terbimbing.
6.    Hasil belajar yang sarat dengan tujuan menjadi kelebihan dari strategi analisis tugas dan praktek terbimbing.
7.    Anak dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan guru, atau orang dewasa lainnya yang diperlukan oleh anak (Scaffolding)


D.3.2  Strategi Pembelajaran khusus

 Kelebihan Strategi Pembelajaran Khusus adalah sebagai berikut:

1.    Anak-anak memilki peran yang utama dalam kegiatan belajarnya,sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan bahan-bahan dan peralatan bermain serta informasi yang diperlukan oleh anak. Strategi yang dimaksud adalah kegiatan eksploratori, penemuan terbimbing, diskusi, pemecahan masalah dan belajar koorperatif.
2.    Anak belajar bertanggungjawab dari dirinya dan dari orang lain melalui belajar kooperatif.
3.    Meningkatkan daya pikir anak dalam kemampuan mengenal, mengingat, berfikir konvergen atau berfikir induktif dan berfikir evaluatif ( Moeslicahtun).
4.    Keuntungan menggunakan pembelajaran langsung adalah efisien dalam waktu dan guru dapat mengetahui hasil belajar anak dengan segera.

D.4 Kelemahan-kelemahan Strategi Pembelajaran Umum dan Khusus

D.4.1 Kelemahan dari Strategi Pembelajaran Umum

1.    Beberapa strategi lebih cocok digunakan secara spesifik pada kelompok bermain (KB), seperti meningkatkan keterlibatan indera dan praktek terbimbing,
2.    Peran anak pasif terlihat pada strategi pembelajaran umum berikut: undangan/ ajakan, do it signal, menceritakan/ menjelaskan/ menginformasikan.
3.    Bantuan yang diberikan oleh guru berlaku hanya pada saat  anak mengalami kesulitan belajar, sesuai dengan strategi : scaffolding , praktek terbimbing dan modelling.

D.4.2 Kelemahan Strategi Pembelajaran Khusus

1.    Dalam kegiatan eksploratori, guru harus dapat membatasi penggunaan strategi 'do it signal' atau pertanyaan yang membimbing anak berfikir sesuai dengan arahan-arahan khusus dari guru agar dapat menemukan pengetahuannya sendiri melalui eksploratorinya.
2.    Strategi pembelajaran yang sifatnya searah dari guru ke murid menjadi penyebab anak pasif dan menjadi objek pembelajaran pada strategi demonstrasi dan pengajaran langsung.

E. Simpulan
1.    Pada dasarnya Strategi Pembelajaran Umum dan Khusus yang dikemukakan oleh Kostelnik (1999) untuk menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk memilik strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk memudahkan anak belajar.


F.SARAN
            Dalam implikasinya, penerapan strategi pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan akan membuat  proses belajar yang optimal jika  dapat dipadukan untuk saling bersinergi melengkapi satu sama lain. Diperlukan kejelian guru dalam memilih strategi dan kegiatan yang tepat bagi kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi anak usia dini.


DAFTAR PUSTAKA

Masitoh, dkk (2009). Strategi Pembelajaran TK: Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta

Saturday, December 12, 2015

Buku Berlatih Motorik Halus "Gunakan Jarimu"


A. Tujuan
      Buku Berlatih Motorik Halus "Gunakan Jarimu" dibuat untuk melatih keterampilan motorik halus anak usia 3-4 tahun. Buku ini terdiri dari 2 halaman berbahan kain felt yang berisi model sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk:
1.  Melatih anak usia dini agar dapat mengancingkan baju pada model berbentuk kemeja di halaman buku yang pertama.
2.  Memberi arahan dan praktek langsung membuat simpul pada tali sepatu melalui model pembelajaran di halaman kedua.

B. Kajian Teori
Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus terangkum dalam uraian singkat dibawah ini:

·         Teori John W Santrock
Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti ketangkasan jari.

·         Teori Hurlock
Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus ayau sebgaian anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan keluasaan kesempatan belajar dan mengeksplorasi.

·         Teori Magil
Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian tinggi.


      Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.

      Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut:

1.  Tahap Imitasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru.
2.  Tahap Manipulasi
Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.
3.  Tahap Presisi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.
4.  Tahap Artikulasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki makna.

5.  Tahap Naturalisasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk  yang diberikan oleh guru. Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali sepatunya apabila terlepas simpulnya.

      Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai media pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua dan anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua untuk  lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah penjelajah ulung.
      Pada media buku berlatih motorik halus "Gunakan Jarimu", hal yang ingin dilatih secara khusus adalah ketrampilan anak usia dini dalam mengancingkan baju dan membuat simpul pada tali sepatu. Titik berat dari kegiatan ini adalah agar anak dapat mandiri dalam mempersiapkan performanya.Sasaran adalah anak berusia 3-4 tahun, anak dalam rentang usia ini telah mampu melepas dan memakai pakaiannya sendiri dengan adanya latihan akan mempertajam ketelitian dan keterampilannya. Dalam pengembangan motorik halus untuk ketrampilan mengancingkan baju dan mnegikat tali sepatu akan lebih bermakna jika digunakan benda asli secara konkrit untuk stimulasinya. Akan tetapi karena pertimbangan anak usia dini mempunyai daya konsentrasi rendah maka latihan mengancingkan baju dilakukan dengan menggunakan model baju yang hanya memiliki 2 anak kancing agar tingkat keberhasilannya tinggi sehingga akan memotivasi anak untuk mengulanginya kembali. Sedangkan model sepatu bertali digunakan untuk memastikan proses belajarnya memperhatikan kebersihan.

C. Alat dan Bahan
C.1 Alat
1.  Gunting
2.  Jarum jahit
3.  Jarum pentol
4.  Pola huruf dan gambar untuk hiasan
5.  Pensil

6.  Penggaris


C.2 Bahan
1.  Kain felt warna warni
2.  Benang jahit
3.  Lem uhu
4.  tali sepatu

D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam membuat buku berlatih motorik halus "Gunakan Jarimu" adalah sebagai berikut:
1.  Potong kain felt berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20 cm x 14 cm, sebanyak 6 buah.
2.  Ambil satu lembar kain felt untuk halaman sampul buku berlatih motorik halus.
3.  Tempelkan potongan huruf membentuk judul buku; "Gunakan Jarimu".


1.  Tambahkan juga gambar 5 jari sebagai hiasan di cover-nya.
2.  Rapikan potongan huruf dan gambar dengan cara menjahit bagian tepinya dengan tusukan feston. Setelah halaman ini selesai, sisihkan terlebih dahulu.
3.  Ambil satu lembar kain felt yang kedua untuk membuat halaman buku dengan model kemeja yang dilengkapi dengan kancing dan lubangnya.


1.  Pada kain felt yang ketiga , akan dibuat model sepatu bertali dengan cara menempelkan gambar berpola sepatu kemudian jahit feston pada sekeliling tepinya agar rapi. Lubangi bagian sepatu yang akan dipasang tali.

1.  Lekatkan cover buku dengan kain felt polos dan jahit menggunakan tusukan feston mengelilingi tepi halaman buku. Tandai halaman ini sebagai lembar (a).



1.  Jahit bagian kedua halaman buku yang memuat model kemeja dengan kain felt polos sebagai lembar (b).
2.  Halaman buku dengan model sepatu bertali direkatkan dengan halaman belakang buku dan dijahit rapi tepiannya dengan tusukan feston. Ini adalah lembar (c).
3.  Satukan lembar (a), (b) dan (c) menjadi kesatuan buku yang utuh dengan cara menjilidnya.